Sumber Foto : Google |
Oleh : Anak Rohil (AR)
Burung nuri terbang tinggi
Naik turun di atas dahan
Mari-mari..kasih hati....dan seterusnya
Sepenggal lirik itu sudah cukup rasanya, membawa kita kembali sekitar era 90 (yang dialami oleh penulis sendiri). Dimana lagu tersebut selalu berkumandang di jam-jam tertentu, sebagai alarm bahwa film akan segera diputar. Ya... itulah lagi yang selalu dimainkan di sebuah bioskop yang ada di Kita Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir. Dimana disaat era 90 an itu masih berstatus Daerah Tingkat atau Dati II Bengkalis.
Bioskop Ria adalah salah satu dua bioskop yang ada (sepengetahuan penulis) yang ada di Kota yang pernah dinobatkan sebagai daerah penghasil ikan terbesar di Dunia tersebut, Bagansiapiapi. Satu bioskop lagi kalau saya tidak salah Bioskop Jala Jaya yang terletak di Jalan Pelabuhan Hulu Simpang Jalan Suak Garam.
Setahu saya, Bioskop Jala Jaya lebih memiliki variasi film, seperti film Indonesia, film India (sekarang lebih dikenal dengan nama Bollywood, dan film Hollywood atau film Barat (begitu kami menyebutnya dulu).
Saat itu saya masih ingat, harga tiket masuk seharga Rp. 2.500 (untuk film baru), dan Rp. 1.500 hingga Rp. 2.000 untuk film yang udah dua atau tiga hari diputar. Harga yang cukup mahal kala itu, sebab harga Mie Goreng saja saat itu cuma Rp. 800.
Setelah berumur empat puluh tahunan ini saya baru sadar akan satu hal, bahwa Indonesia adalah negara pertama penayangan film dari mancanegara, baik itu film Hollywood dan Bollywood. Alasan kenapa Indonesia lebih dahulu bisa menonton film, hal itu menurut sejumlah sumber website terpercaya, karena selain penduduk Indonesia yang banyak, animo warga Indonesia dalam menonton film jauh lebih tinggi.
Hingga saat ini saya belum tahu, entah kenapa film yang diputar di Bioskop Ria lebih didominasi oleh film-film dari Hongkong. Namun, saya menyaksikan sendiri, peminat untuk film yang bernafaskan Kungfu saat itu memang tinggi. Tak hanya itu .....(Bersambung.....)
Posting Komentar